Selasa, 05 April 2016

OPERA BATAK : HIBURAN RAKYAT YANG SUDAH TERLUPAKAN

Salah satu budaya seni yang pernah menjadi tontonan menarik bagi masyarakat batak sebelum adanya media
elektronik adalah opera. Seni pementasan cerita ini kini dirasakan sudah mulai terlupakan akibat adanya
dominasi teknologi berupa radio, televisi. Bahkan pementasan seni opera batak yang melakonkan sebuah cerita rakyat itu pun kini sudah langka. Opera Batak merupakan sebuah label dalam budaya batak. Namun istilah opera sebenarnya lebih akrab di Eropa.Pengertian opera di Eropa merupakan drama yang dinyanyikan. Jadi dalam kesenian opera orang sambil berakting, menyanyi dan sekaligus menari. Yang ketiga unsur tersebut saling terkait antara satu dengan yang lain. Mulai dari bagian pertama nyanyian, tarian dan lakon cerita saling terkait. Jadi orang bisa mengetahui hubungan lagu dengan tarian dan lakon.

Awalnya dalam opera batak kesannya memang seperti nuansa yang ada di Eropa, tapi antara nyanyian, musik.tari dan lakon cerita tidak berkaitan. Ada tiga aspek dalam opera batak yaitu tortor, musik atau lagu dan lakon cerita. Dalam pementasan ketiga aspek ini tidak ada kaitannya antara satu dengan lain, dalam opera batak tari, nyanyian dan lakon sepertinya bersaing dalam pementasannya, tapi sama-sama menarik.
Catatan sejarah opera batak dimulai dari sekira tahun 1920-an. Cikal bakal opera batak dimulai dari
pertunjukan seni seperti Tilhang Parhasapi, Parjamila atau Parjabalungan. Modelnya seperti pengamen yang
pergi berkeliling, berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain atau kerumah-rumah. Pertunjukannya ada yang dilakukan oleh satu orang saja dan ada yang harus dilakonkan oleh laki-laki. Misalnya Parjabalungan adalah seorang laki-laki, tetapi dirinya juga melakonkan seorang perempuan. Perempuan pada jamannya tidak gampang keluar rumah, tampak dijalanan apalagi dalam pertunjukan karena kuatnya tradisi orang batak.Kemudian berkembang menjadi sebuah seni pertunjukan yang diperkaya oleh cerita lakon yang disebut dengan teater. Timbul pertarungan masuknya budaya baru dan penamaan opera batak menjadi popular oleh seorang Pastor misionaris sekitar tahun 1930-an yang bernama Pastor Diego Van Den Bigglar. Pastor tersebut mempopulerkan opera batak dimulai dari daerah Mogang Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir. Nama opera batak yang bertahan hingga kini. Sebelumnya sempat dinamakan tonil, tonil asia.

Kemudian opera batak mengalami perubahan dengan masuknya pengaruh teater bangsawan. Teater bangsawan ini merupakan gaya pertunjukan yang pementasannya khusus untuk keluarga kerajaan. Sumber ceritanya tetap dari tanah batak tapi pola atau gaya aktingnya diadopsi dari teater bangsawan ini. Bahwa sejak dahulu ditanah batak tidak ada teori tentang lakon atau akting. Diperkirakan ketika para pelaku teater batak pergi ketanah Deli dan melihat teater bangsawan setempat, kemudian mengadopsi pola, gaya aktingnya.Di opera batak yang sangat dibutuhkan adalah bagaimana seseorang aktor yang memerankan tokoh dapat menjiwa aktor tersebut dan cerita yang dipentaskan. Dalam opera batak pemerannya tidak ada yang menjadi bintang yang menonjolkan keglamouran. Tapi aktor nya berakting sesuai dengan dialog cerita dan konsisten dalam keaktoran. Tapi dulunya actor dalam opera batak tidak konsisten dalam dialog cerita. Semua dialog muncul begitu saja disesuaikan dengan materi ceritanya.

Bahwa dalam opera batak bisa saja terdapat beberapa versi cerita yang pentaskan. Seperti dalam cerita si
Boru Tumbaga. Ada satu versi mengatakan bahwa dua orang pria yang melepaskan atau menyelamatkan si boru tumbaga dan adiknya perempuan dari tengah-tengah hutan sudah beristri. Tapi ada versi yang lain mengatakan bahwa kedua pria tersebut masih lajang. Munculnya beberapa versi ini akan mempengaruhi pola akting dalam opera batak tersebut. Akting seorang lajang akan berbeda dengan akting orang yang sudah beristri.Perjalanan pementasan opera batak sendiri di tanah batak sangat dipengaruhi oleh perkembangan jaman dengan adanya media elektonik seperti televisi. Pertarungan media dalam menyajikan film-film juga memberikan pengaruh, karena opera batak dipentaskan secara langsung dihadapan penonton.
Tapi yang paling mempengaruhi perkembangan opera batak dari dahulu adalah kurangnya regenerasi. Sehingga tidak dapat berkembang, bahkan berkelanjutan pun sulit untuk sekarang ini. Para pemain opera batak terdahulu tidak melakukan Sistem regenerasi kepada pemain-pemain baru.

Tapi harus disadari juga bahwa pemain opera batak saat itu masih belum mengecap pendidikan tinggi. Karena saat itu masih sulit bagi masyarakat batak secara bebas mengakses pendidikan. Hanya bagi orang-orang tertentu saja bisa sekolah. Dengan keterbatasan pendidikan tersebut, pemain opera batak masih mampu menyajikan sebuah pertunjukan yang menarik.
Setelah sekarang ini banyak orang batak sudah mengecap pendidikan bahkan tidak sedikit yang masuk sekolah teater. Namun belum banyak yang melirik bahwa opera batak itu sebuah budaya yang dapat digali kembali. Meskipun direvitalisasi dalam bentuk yang modern namun tidak meninggalkan ciri atau prinsip dasar
kebatakannya.Pernah salah satu stasiun televisi meminta mereka untuk mementaskan opera batak dengan cerita Si Boru Tumbaga yang disiarkan sebanyak 33 episode ternyata surplus penontonnya. Untuk tetap eksis mempertahankan seni budaya opera batak ini, telah dibentuk pusat latihan. Yang akan melatih generasi muda untuk memerankan tokoh dalam cerita yang akan ditampilkan. Bagaimana pengembangan opera batak selalu debenahi, termasuk manajemennya.

Dalam perjalanan pementasan opera batak sampai tahun 1980-an diperkirakan masih ada sekitar 30-an grup opera batak. Saat itu yang terkenal adalah grup Seni Ragam Indonesia (Serindo) yang pemainnya sudah plural, yaitu ada orang batak, jawa dan lainnya. Bahkan grup ini pernah diundang ke istana oleh Presiden RI pertama alm Soekarno untuk beropera. Sepulangnya grup Serindo ini diberi hadiah.
Opera batak ini dinilai merupakan salah satu benteng untuk mempertahankan dan mempromosikan nilai-nilai
budaya yang ada di tanah batak. Karena opera batak ini merupakan seni pertunjukan yang punya potensi khusus dari akar kultural. Meskipun bisa secara fleksibel untuk menerima hal-hal yang baru. Opera batak dalam perjalanannya selalu dalam masa transisi, tidak baku dalam tradisi tapi juga tidak modern.

Dalam catatan sejarah teater di Indonesia bahwa opera batak belum masuk rekap, baik dari tradisi maupun
teater modrennya. Bagaimana agar opera batak ini masuk dalam daftar teater Indonesia karena selama ini lebih dikategorikan dalam musik. Selama ini dianggap kalau pemain opera batak itu identik dengan pintar main musik. Padahal opera batak kecenderungannya adalah lakon.
Opera batak dalam menampilkan lakon ada yang diambil ceritanya dari Torsa torsa atau cerita legenda,
Turi-turian atau cerita rakyat ada juga dari mitos atau kepahlawanan. Sesungguhnya inventarisasi cerita
rakyat batak yang bisa dimainkan dalam opera batak. Disebutkan, bahwa ada seorang Profesor tentang opera batak bernama Rayne Charle di eropa sudah menginventarisir cerita opera batak. Raune juga sudah mentransfer cerita opera batak menjadi sebuah buku dalam bahasa Jerman.

Saat ini dipandang perlu untuk mempertahankan seni budaya batak, maka Pusat Latihan Opera Batak yang
berkantor di Pematang Siantar saat ini sedang konsentrasi melatih para pemain muda. Meskipun tetap
bekerjasama dengan pemain lama untuk rekonstruksi tentang lakon dan cerita yang ada. Agar inti cerita yang
disampaikan dalam pementasan opera batak tidak bergeser dari cerita yang sesungguhnya.
Seperti cerita Siboru Tumbaga yang menceritakan bagaimana perjuangan seorang perempuan batak yang pada masanya sangat kesulitan untuk memperjuangkan hak waris. Karena tradisi batak tempat lahirnya cerita ini, seorang perempuan tidak berhak mendapat warisan jika tidak memiliki saudara laki-laki. Sehingga warisan harta orang tua Si Boru Tumbaga akan diwariskan kepada adik bapaknya yang masih hidup.
Seni pertunjukan opera batak bukanlah sekedar pertunjukkan yang fungsinya hanya membuat orang senang saja. Tapi lebih dari itu, opera batak kini dikemas dalam sebuah cerita yang memberikan pesan nilai-nilai luhur orang batak dalam bentuk perpaduan antara akting, musik dan nyanyian serta tari.

Sumber : https://tanobatak.wordpress.com/2007/07/07/perjalanan-seni-pertunjukan-di-tanah-batak/

Senin, 04 April 2016

TERNYATA KEBIASAAN "MARNAPURAN" JUGA DITEMUKAN PADA MASYARAKAT TAIWAN.

Masyarakat Batak mempunyai kebiasaan memakan sirih dan buah pinang yang disebut dengan marnapuran. Namun ternyata di masyarakat Taiwan juga kebiasaan ini ditemukan meskipun sedikit ada perbedaan dalam hal penyajiannya. Di Taiwan susur dijual oleh wanita-wanita seksi berpakaian minim. Kalau di Indonesia biasanya kapur sirih dijual di pasar-pasar tradisional, maka di Taiwan perlengkapan untuk makan sirih dijual di pinggir jalan raya. Penjualnya bukan wanita tua bersanggul sederhana, tetapi wanita-wanita bertubuh seksi
yang mengenakan pakaian-pakaian minim.

Para wanita seksi yang berdagang di tepi-tepi jalan raya ini menurut Amusing Planet disebut 'betel nut
beauty'. Selain menjajakan betel nut atau buah pinang, wanita-wanita berbalut pakaian 'mengundang' tersebut
juga menjual rokok. Biasanya mereka duduk di sebuah kios dari ruang kaca terang benderang di pinggir jalan sambil menunggui dagangan atau melinting pinang dengan daun sirih. Penampilan mereka tampak begitu mencolok dengan tank top atau bra yang menonjolkan belahan dada dan bawahan super mini. Wajah mereka pun dipoles riasan sensual.

Tradisi menjual pinang dengan pakaian provokatif ala betel nut beauties ini berawal dari Shuangdong Girls
pada 1960-an. Kala itu Shuangdong girls yang sengaja dipasang untuk menjadi daya tarik pengunjung dalam
Shuangdong Betel Nut Stand di Guoxing, Nantou juga menonjolkan penampilan seksi. Keberhasilan strategi
pemasaran acara ini menjadikan konsep Shuangdong Girls ditiru oleh para pesaingnya.
Dalam waktu singkat muncullah fenomena betel nut beauties. Gadis-gadis ini sengaja dipasang di pinggir jalan
raya untuk menjajakan produk hasil olahan pinang kepada para pengemudi truk, target penjualan utama produk tradisional ini. Kebanyakan dari mereka berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah.

Betel nut beauties sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya perkotaan Taiwan. Kehadiran mereka juga mengundang kontroversi. Sebab betel nut beauties yang mengenakan pakaian sensual di tempat umum seringkali menjadi sasaran pelecehan seksual. Walaupun begitu keberadaan mereka menjadi 'penyegar' bagi para pengemudi yang tengah berusaha membunuh rasa kantuk di tengah jalan raya.

Sumber : http://www.merdeka.com/gaya/di-taiwan-buah-pinang-dan-sirih-pun-dijajakan-cewek-cewek-seksi.html

Sabtu, 02 April 2016

MITOS TENTANG IHAN BATAK

Ikan Batak yang aslinya disebut sebagai Ihan dari genus Neolissochilus memang dimitoskan sebagai makanan para raja-raja dijaman dahulu. Disamping itu Ihanmerupakan penganan sesembahan kepada Tuhan (upa-upa) yang diberikan kepada seseorang oleh Hula-hula atau hierarchi clan marga yang lebih tinggi (dalam falsafah kekerabatan Dalihan Natolu) dengan harapan pemberian makanan itu mendapat berkat dari Tuhan berupa kesehatan dan panjang umur, mendapat banyak keturunan, dam mudah rezeki di harta. Dalam prosesi adat perkawinan, penganan ini juga diberikan kepada pihak boru (hierarchi marga yang lebih rendah) sebagai balasan pemberian makanan yang enak berupa suguhan makanan (tudu-tudu sipanganon) yang bermakna sama mendapat berkat dari Tuhan.

Tatalaksana pemberian makanan ikan seperti ini masih berlangsung sampai sekarang namun sudah menuju
degradasinya karena tidak ditemukan lagi jenisIhan di Tanah Batak (punah). Sebagai pengganti maka jenis ikan Mahseer dari genus Tor (Dekke Jurung-jurung) merupakan pengganti penganan yang dimaksud. Ternyata jenis inipun mulai langka ditemukan di Tanah Batak dan digantikan menjadi ikan mas dari genus Cyprinus. Jenis ikan mas sebagai pengganti ihan batak adalah dari spesies Cyprinus carpio yang berwarna kuning kemerahan. Namun jenis ikan mas yang berwarna kuning kemerahan ini kurang diminati oleh masyarakat di Pulau Jawa sehingga masyarakat Batak yang berada di Jawa ini terpaksa menggunakan ikan mas berwarna hitam sehingga penganan tersebut kurang ceria tampilannya dan terlihat kusam warnanya.

Sungai Sirambe Nauli terletak di Desa Bonan Dolok , kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utara, terdapat Ikan Batak yang mereka sebut Ihan namun sebenarnya adalah Ikan Batak yang
secara umum disebut sebagai Ikan Jurung dari genus Tor. Oleh warga setempat sungai itu dianggap keramat
namun berfungsi juga sebagai sumber air untuk minum. Masyarakat setempat biasanya mengambil air minum dari sungai tersebut lantaran airnya sangat jerni dan bersih. Sungai tersebut juga merupakan kolam mandi dan
berenang sepuasnya, dan juga dipergunakan untuk tempat ibu-ibu mencuci pakaian.
Uniknya, di Sungai itu hidup ratusan ekor Ikan Batak berukuran besar dan kecil, Ikan Batak inilah yang
menjadikan Desa Bonan Dolok istimewa dan menjadi salah satu objek parawisata di Balige Kabupaten Toba Samosir. Biasanya Ikan Batak tersebut bersembunyi dalam goa-goa batu yang berada didasar kali dan akan keluar saat pengunjung turun ke sungai Sirambe Nauli untuk memberi makan, missal seperti kacang-kacangan atau pun nasi.

Masyarakat setempat mengatakan air sungai dapat dipergunakan sebagai obat, namun Ikan Batak yang terdapat disitu tidak dapat diambil. Konon sudah pernah ada pengunjung yang mengambil Ikan Batak dari sungai tersebut dan dimasaknya dirumahnya namun anehnya Ikan Batak itu hanya setengah yang matang dan setengah lagi tidak matang. Disebutkan pula, apabila ada pengunjung yang mengambil Ikan Batak itu akan mengalami sakit keras.

Demikianlah mitos tentang ihan batak, semoga tulisan ini dapat menambah wawasan anda tentang hal hal yang berhubungan dengan masyarakat batak.