Senin, 09 November 2015

MENGAPA JIKA MEMANGGIL NAMA ASLI DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DIANGGAP TABU ?


Nama adalah sebuah identitas yang memudahkan kita mengidentifikasi dan mengenal seseorang, dengan adanya nama akan memudahkan kita dalam mengingat seseorang. Namun mengapa dalam masayarakat Batak Toba itu menyebutnama seseorang yang lebih tua dari kita itu dianggap tabu?  Dan terkadang kita dianggap tidak punya etika dan sopan santun jika menyebutkan nama seseorang yang lebih tua (misalnya orang tua).

Menyebut-nyebut dan memanggil nama asli adalah hal yang cukup sensitif bagi masyarakat Batak Toba, bahkan anak kecil sekalipun akan berkelahi jika seseorang menyebut nama asli dari ayahnya. Jadi, apa gunanya nama jika bukan untuk disebut dan dipanggil? Disinilah letak keunikan dan budaya tenggang rasa masyarakat Batak Toba yang cukup tinggi, bahwa pantang menyebut nama yang sudah tergolong terhormat, nama asli sudah dianggap secara pribadi dan memiliki makna tersendiri. Begitu halnya dalam perkenalan diri masyarakat Batak Toba saat memperkenalkan diri selalu menyebut nama dan marga yang dianggap orang lain orang Batak suka menunjukkan kedaerahan dan kolot, tetapi sebenarnya penyebutan marga adalah implementasi dari Dalihan Natolu (Somba marhula-hula, Elek marboru,Manat mardongan tubu) agar seorang Batak dengan Batak yang lain jangan sampai salah dalam hal kekerabatan. Harus somba(menyembah: sopan terhadap hula-hula/Paman), harus elek marboru(bersifat membujuk terhadap boru/anak), dan manat mardongan tubu( berjaga-jaga/sopan dengan dongan tubu).

Jika ingin bersahabat dengan masyarakat batak Toba panggillah ia dengan marganya tidak dengan nama
aslinya. Tetapi dalam hal semarga terasa aneh dan kurang sopan jika memanggil dengan marga, misalnya
saya marga Simanjuntak akan kurang sopan dan kurang beradat jika saya memanggil teman saya yang lain
Simanjuntak dengan memanggil marganya, disinilah letak keunikan Batak Toba itu jika sudah saling tahu
orang Batak maka selanjutnya adalah mencari tahu tingkat kelahiran untuk panggilan yang lebih sopan.
Kesimpulannya adalah bahasa yang halus dan kasar dalam pergaulan adalah budaya dalam pergaulan
sehari-hari. Menyebut dan memanggil seseorang harus bergantung pada stratipikasi sosialnya agar hikmat
dari kekerabatan dapat terjaga. Orang Batak selalu menunjukkan marga dan memang harus tidak malu
menjadi orang Batak bukan menunjukkan kalau orang Batak masih kolot dan bersifat kedaerahan, melainkan
bahwa Batak memiliki rasa tenggang rasa yang tinggi terhadap sesama Batak terlebih terhadap suku atau
agama lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa meninggalkan komentar anda disini.